28 februari

belum lepas malam
jalan-jalan sedang mabuk dari berpuluh lampu
deru mesin menuju jendela-jendela angkutan kota 
toko-toko, rumah penduduk
juga mata itu 

sanggup kini merengkuh bulan yang bundar mekar 
di atap seakan mengulang riwayat merah mawar 
dan makan malam bersama
penuh dengan hal-hal baik

lalu di antara angin yang mati
tiba juga sepenggal demi sepenggal 
cerita ombak yang lepas sepanjang pasir
dari hijau bukit berbaris di jalan berkelok tajam itu

di mana sebelum sampai pada tikungan terakhir
telah tiada kini detak jam besar 
juga jantung hati 
yang bernaung pada alamat tujuan-tujuan selanjutnya
ketika matahari bangkit dan rebah 
cantik seluruhnya  


Komentar

Postingan Populer